Rabu, 28 Oktober 2009

Filosofi Tanah Liat


Ada yang pernah nyobain bikin tanah liat ngga ya?....
Saat yang paling tepat bagi kita untuk membuat tanah liat adalah ketika masih basah, pada saat itulah kita dapat dengan mudah untuk membuat bentuk yang diinginkan, apakah itu vas, teko, cangkir, bunga, etc
Ketika tanah liatnya sudah mulai mengering akan sangat sulit bagi kita untuk mengubah bentuk awalnya…akan ada yang terkikis tentunya…

Gue coba menerapkan analogi tersebut untuk mendidik anak gue…
Gue mengibaratkan anak2 gue itu sebagai tanah liat yang masih basah, lentur dan masih mudah untuk dibentuk…considering their age…
Gue (with my hubby of course) bisa membentuk mereka jadi apa aja yang gue mau. Apakah mau jadi bunga, mobil, anjing atau babi sekalipun (hypothetically) …
Karena semakin besar mereka, semakin banyak bergaulnya, dan semakin besarnya pengaruh yang memasuki pemikiran anak kita, akan semakin sulit untuk membuat mereka tetap berada pada jalurnya.

And, FYI guys…Peer pressure is the meanest thing EVER!!!!
Ini adalah percakapan 2 anak TK di depan kantin sekolahnya….
Siti : Sita…kita jajan es yuk!!!
Sita : ngga ah…aku lagi pilek nih...kata mama nggak boleh
Siti : ya ngga apa-apa, mama kamu kan ngga tau…
Sita : ihh nanti aku jadi tambah sakit
And the MAGIC word is….
Siti : Ya udah aku ngga mau temenan ama kamu deh…hei temen2 jangan temenin Sita yuk!!!
And…cring…the magic happens…
Sita : iya deh aku juga jajan es....tapi jangan bilang2 mama ya….
Note : Es = cigarettes, drugs, free sex, alcohol, etc

Gue termasuk orang yang percaya bahwa sudah menjadi tugas gue-lah sebagai ibu, untuk menerapkan standard2 hitam dan putih, benar dan salah, agama, moral, etika, etc ketika mereka masih kecil. Pondasi yang kuat-lah istilah keren-nya mah…
Walaupun adakalanya mereka masih belum mengerti dengan kesederhanaan pola pikir mereka, but I do believe that, mereka harus tau semua itu dari mulut gue sendiri sedari mereka masih kecil. Karena gue yakin, akan ada saat dimana ketika pada akhirnya mereka seorang diri dan harus mengambil keputusan, Gue ngga mau dia melihat dunia ini serba abu-abu (blur) karena ketidak tahuannya, karena itulah gue mencoba membekalinya dengan sepenuh hati di usia yang sedini mungkin. Walaupun pada akhirnya dia memutuskan untuk memilih yang hitam, it’s oke, as long as she knows that there’s always consequences for everything she does. Have to deal with it!

Walaupun gue juga tidak bisa untuk tidak setuju dengan pemikiran ‘go with the flow’, biarkan anak se-kreatif mungkin tanpa harus dibebani dengan segala macam peraturan, dengan alasan masih kecil dan belum mengerti apa-apa, terlalu banyak di doktrin, dilarang ini itu bisa menghambat kreatifitas (walaupun harus dibedakan antara kreatif dan destruktif).

Makanya gue mencoba untuk menyeimbangkan kedua hal tersebut diatas,
Gue mencoba meyakini bahwa, kita bisa memberikan kasih sayang kita, tetapi kita tidak dapat memberikan pemikiran kita, karena mereka punya pemikiran sendiri. Dan seberapa pun besar nya cinta kita untuk mereka, mereka bukan milik kita, mereka milik mereka sendiri….

So guys…Balance is everything…

Ini hanyalah sebuah renungan :

Dialog antara seorang ibu dengan anak nya yang berumur 2 tahun :
Mama : Sayang, mo makan udah cuci tangan belum ?
Anak : ga mau ah males…
Mama : jangan gitu sayang, kan banyak kuman bekas main, nanti sakit perut lho..
Anak : Ah ga mau sakit perut!!!!…aku mau cuci tangan dulu ah…
Mama : Aduh, pinternya anak mama!!!

Dialog antara seorang ibu dengan anaknya yang beranjak remaja :
Mama : Teh, cuci tangan dulu atuh kalo mau makan
Anak : aduh…buru2 ma..ga sempet, biarin lah
Mama : Kotor kan tangan kamu
Anak : Ngga lah...kan pake sendok…
Mama : Nanti sakit perut lho!
Anak : Halah!! Ga nyambung deh mama, itu kan tergantung makanan-nya hygienist atau ngga… hayoh…mama nyuci sayur2nya bersih atau ngga nih?
Mama : Lho kok jadi mama sih??!!?

Masih dalam situasi yang sama, dialog yang berbeda
Mama : de, mo bobo berdo dulu ya…
Anak : aku udah ngantuk ma….
Mama : tetep harus berdoa dulu, nanti mimpi jelek lho..
Anak : iiiihh ga mau…iya deh…
Mama : soleh sekali…

Mama : teh, biasain kalo mau bobo berdoa dulu dong..
Anak : Aku kan kalo mau tidur sambil baca ma jadi suka ketiduran tuh…
Mama : tetep harus berdoa dulu dong...kamu ga takut masuk neraka emangnya?!
Anak : Waduh mama…sampai saat ini juga kan belum ada bukti konkret-nya neraka itu ada…belum pernah kan ada orang yang mati masuk neraka trus bangun lagi dan bilang sama mama neraka itu gimana? Lagian aku lagi baca bukunya Darwin tentang teori evolusi yang katanya manusia berasal dari monyet, yang mana jauh lebih masuk akal daripada teori penciptaan kalo manusia itu dari tanah, yang relevansinya membuat aku meragukan keberadaan neraka
Mama : Astagfirullah…istighfar teteh…istighfar…
Anak : (mengangkat bahu..)

Nah Lho!!!Mampus ngga loe???
Maksud hati membuat bunga dari tanah liat…kok jadinya kura-kura ninja ya? Barbar deh…
Ini yang gue maksud anak yang memandang dunia dengan abu-abu (blur)….gak yakin dengan mana yang benar dan yang salah…pinter sih…tapi keblinger…

Gue jadi inget kutipannya Kahlil Gibran (yang mana bukunya ada yang minjem dan ga dibalikin) jadi gue agak lupa tepatnya…Anak itu ibarat anak panah, dan orangtua-lah busurnya…busur hanyalah mengarahkan dan pada saatnya nanti sang anak panah akan melesat seorang diri…

My hubby said sometimes I’m over analyzed…Am I? didn’t mean too..
Gue ngga bermaksud untuk menggurui lho…kalo ada yang merasa begitu….ah itu mah cuman perasaan loe aja…..nggak deh…..gue minta maaf kalo ada yang merasa begitu yaaa….

This story is sincerely dedicated for all of you moms!!!
GOOD LUCK deh….!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar